Rabu, 16 September 2015

Satu & Tiada Guna

Beberapa jam yang lalu bokap nggak sengaja nyabut kabel colokan yang terhubung sama komputer yang gw pake lagi ngerjain video. Zleb! Mati mendadak. Seperti biasa, gw panik, gw teriak, gw nangis, sambil gebrak-gebrak meja.

Udah agak tenang, gw nyalain lagi komputernya. Untung tadi gw nge-save terakhir pas belom jauh-jauh amat, jadinya nggak harus kerjain ulang.

Tapi poinnya bukan di situ. Bukan di kerjaan gw yang ada di komputer. Poinnya yaitu di diri gw sendiri. Gw, seorang gadis besar berusia 24 tahun, masih belum bisa mengendalikan emosinya di saat panik. Sementara beberapa minggu ke depan status udah bukan anak perawan lagi, tapi istri. Beberapa waktu setelah ngamuk tadi gw mikir. Gw nyesel. Gw nyesel udah ngamuk, udah gebrak-gebrak meja, udah marah sampe bikin bapak gw minta-minta maaf ke gw. Gw sedih.. Gw sedih udah bersikap berlebihan ketika ngadepin sesuatu yang nggak sesuai sama rencana gw. Gw sedih udah bersikap berlebihan ketika ngadepin kepanikan gw sendiri. Dan yang pasti, gw nyesel udah marah-marah ke orang yang gw sayang.. ke bapak, ke ibu.

Gw nyesel selama ini sering banget nyakitin perasaan mereka dengan bentakan-bentakan gw, atau dengan ke-manyun-an gw untuk hal-hal yang sebenernya not a big deal. Tapi gw sendiri pun syulit ngubah kebiasaan buruk gw ini. Padahal gw harus berubah... sekarang. Karena kalo sekarang masih kek gini aja, gimana entar pas ngadepin anak bandel susah diatur? Atau ngadepin aer ledeng yang gak keluar-keluar pas cucian lagi numpuk?

Satu yang pasti, gw cuman satu. Dan gw nyesel selama ini masih belom bisa dewasa.

Maapin Uu yak Pak, Bu.. :'(

Kamis, 13 Agustus 2015

Sepotong Lagu

Aku tak suka kau tak juga berhenti merokok
Aku tak suka kamu tak suka aku merokok

Aku tak suka kamu slalu bangun kesiangan
Aku tak suka kamu tak suka ku kesiangan

Aku tak suka mukamu ditekuk cemberut
Aku tak suka kamu tak suka aku cemberut

Aku tak suka kamu wek wek wek cerewet
Aku tak suka kamu tak suka aku cerewet

Cinta itu sengit

Kita tarik menarik

-------------------------------------------------------

Lagu dari Indie Art Wedding yang ini emang cerminan keseharian pasangan suami-istri ya. Ada aja masalah kecil mencuat jadi perang di dalem rumah. Saya pribadi suka lagu ini. Ringan, apa adanya.

Rabu, 04 Februari 2015

Tuhan, Inikah HukumanMu?

Tuhan,
Aku sadar kesalahan-kesalahanku di masa lalu.
Kesalahanku mengkhianati laranganMu.
Kesalahanku mengabaikan dosa-dosaku.

Tapi Tuhan,
Haruskah seperti ini hukumannya?
Tidakkah aku si pendosa mempunyai hak
untuk berdampingan dengan pasangan yang baik?
Tidakkah aku layak
bersanding dengan laki-laki yang justru mau menerimaku apa adanya?

Tuhan,
Kalau ini hukumanMu untukku di dunia,
apakah di akhriat kelak
Engkau kan persatukan kami?

Tuhan,
Tidakkah si pendosa ini mempunyai hak
yang sama dengan manusia yang lainnya?

Sabtu, 31 Januari 2015

PUTUS ASA

Siapa yang butuh laki-laki?
Siapa yang butuh pendamping hidup?
Siapa yang butuh teman?
Aku mampu menyimpan masalahku sendiri.
Aku mampu menelan keluh kesahku sendiri.

Siapa butuh laki-laki?
















Aku butuh tapi mereka tidak memberikan.
Aku sendiri dan mereka menganggapku baik-baik saja.
Tidakkah mereka merasa sakit luar biasa di punggung sepertiku?
Bukankah aku berasal dari gumpalan-gumpalan darah mereka?
Lalu kenapa sepiku tidak dirasakan mereka?

Selasa, 27 Januari 2015

Migrain dan Beban Pikiran

Semalem ceritanya, gw sama ibu bapak ke dokter, karena gw udah gak kuat, udah beberapa waktu ini migrain ga ketulungan, ga enak badaan, pluuuss mampet berkepanjangan. Terus, pas ketemu sama dokternya, gw cerita kan keluhan-keluhan gw. Terus ibu gw nambahin "Ini dok, pengaruh nggak sih dari pikiran? Dia kayaknya stress, lagi banyak kerjaan soalnya..". Kata pak dokter "Iya, bisa jadi juga dari pikiran sih bu.."

Yang Uu pengen bilang bu, sebenernya Uu stress bukan karna mikirin kerjaan yang banyak. Ibu tau, apa yang paling menyita pikiran Uu belakangan ini? Soal restu nikah yang tak kunjung turun dari ibu sama bapak. Ituuuu, yang paling nyita pikiran sama perasaan Uu. Urusan kerjaan mah nggak seberapa dibanding urusan perasaan Uu.. Emangnya bapak sama ibuk mau, Uu tau-tau sakit parah gara-gara banyak pikiran kayak alm. kak Astri tuh? Tau-tau ntar Uu stress, trus infeksi otak, terus meninggal di usia muda dan belom kesampean nikah sama orang yang Uu pilih sendiri. Mau? Mauuu?? Mauuuuu??? :'(

Rabu, 21 Januari 2015

Memendam Rasa dalam Doa

Baru kali ini aku merasakan apa yang selama ini sering aku dengar, tentang "mencintai dalam doa". Getarannya luar biasa. Halah. Ya, bagaimana tidak berdebar-debar? Bayangkan saja, kamu merindukan seseorang begitu hebatnya, namun kamu tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa mengatakan dalam hati, "Hey, aku kangen", lalu ditutup dengan mendoakannya.

Untuk sekedar menyapanya dalam sebuah chat? Rasanya juga tidak mungkin. Kami hampir tidak pernah saling sapa iseng, kalau memang tidak ada perlunya. "Hai, kamu lagi apa?" pun tidak pernah kami lakukan. Kami baru akan membuka obrolan, jika memang ada sesuatu yang harus disampaikan, entah itu mengenai pekerjaan, masalah pribadi, atau saat kami ingin bertanya mengenai sesuatu. Sesuatu yang penting ya. Bukan sesuatu seperti "Udah makan belum?". Bukan, bukan yang seperti itu.

Mungkin ini rasanya.. jatuh cinta tanpa ungkapan cinta. Rindu yang tertahan restu. Kasih sayang sebelum terlontar ijab qabul. Sulit memang.. Memendam rasa dalam doa.