Selasa, 23 Desember 2014

Beberapa Lupa

Beberapa orang tua menganggap paling tahu
mengenai segalanya tentang anak mereka.
Dalam beberapa hal memang betul.
Tapi beberapa hal lainnya mereka lupa..
Lupa bertanya kepada anak-anaknya,
"Apa yang engkau rasakan, nak?"

Rabu, 10 Desember 2014

Semacam Konspirasi

Nina bilang apel kepada Nani
Dodi bertanya apel kepada Nina
Nani bilang apel kepada Dodi melalui Nina
Nina dan Nani dan Dodi
Semua berbicara
Lalu berbisik
Kemudian mengecam
Di balik tubuhku
Di belakang telingaku


Enggankah beradu pandang denganku, hai orang-orang terkasih?

Kamis, 04 Desember 2014

Teorinya

Untuk apa, ingatan dikenang-kenang?
Hanya tersisa sakit
Hanya membuka luka lama

Untuk apa, yang lalu disesali?
Hanya membuat perih
Hanya lukai diri sendiri

Sakit dan perih wajarlah adanya
Namun jika masih menyisakan sesal,
Itu tanda ketidak-dewasaanmu


Dewasalah, U.

Abu

Awalnya kamu bilang ini bukan mimpimu.
Lalu kamu bilang ini mimpi kita.
Mendadak kamu nomor satukan ini.

Awalnya kamu tidak pernah tepat waktu.
Lalu perlahan semua pergi darimu.
Mendadak kamu memburu-buru yang sudah terlanjur berlalu.

Siapa yang mana yang tersakiti, terlihat abu.

Aku, yang putih terendam, yang hitam terapung.

Silahkan.
Bebaskanlah opini.
Dan aku semakin tak peduli.

Senin, 01 Desember 2014

Desember Pagi

Banyak cerita terbungkus bahagia.
Beberapa lainnya terselaput air mata.
Hidup memang penuh tanda tanya.
Kita tak pernah tau sedetik kemudian kan menjadi apa.
Barangkali saat ini pilu meruak di dada,
bisa jadi esok gembira merona.
Andai ada penyelasan atas laku tindak kata,
itu hanya sebuah pengalaman belaka.
Pembelajaran dipetik,
esok kan lebih baik.
Tiada guna air mata menitik.
Pelik kan berubah menjadi cerita manis yang menarik.

Minggu, 30 November 2014

Ingin Dipeluk

It's weird, ketika kamu menjadi anak tunggal, namun selalu merasa sendiri tanpa rangkulan kedua orang tuamu.

Menjadi anak tunggal seharusnya menyenangkan. Selalu dimanja, selalu disayang, selalu diperhatikan, karena ya memang tidak ada anak lagi yang harus diperlakukan seperti itu. Namun, ada kalanya keadaan tak semanis yang dibayangkan. Beberapa anak tunggal memang selalu dimanja dan diperhatikan dengan materi berlimpah ruah, tetapi hati mereka seringkali tak terangkul oleh kedua orang tuanya.

Beberapa anak tunggal merasa ketika sedang tertimpa masalah, kedua orang tuanya justru selalu menyudutkan si anak atas masalah yang menimpanya. Mungkin memang kesalahan anak, tapi mengapa mereka tak mencoba mencari tahu apa penyebab masalah tersebut dengan mendekati si anak? Ketika si anak nampak murung, malah menjadi bulan-bulanan ibunya dengan sodoran pertanyaan-pertanyaan menekan, seperti "Kenapa sih?! Mukanya ditekuk aja! Emangnya ibunya gak ngasih makan?!", atau "Cemberut aja! Gak ngehargain pemberian orang tua!".

Ketika anak nampak murung, anak hanya ingin ditanyakan dengan penuh kasih, "kamu kenapa nak?", atau "anak ibu kenapa sih cemberut terus, cerita dong sama ibu". Atau tak perlu bertanya, karena kadang kala anak hanya ingin dirangkul, dipeluk, atau sekedar didengarkan keluh kesahnya.

Nasehat memang perlu. Tetapi apakah nyaman dirasa, jika nasehat diberikan dengan nada tinggi dan kalimat-kalimat yang menyudutkan? Kami anak tunggal tidak punya siapa-siapa lagi selain kalian, kedua orang tua kami. Ketika kami dihadapkan pada suatu masalah, kami ingin dikuatkan. Ketika kami membuat keputusan, kami ingin didukung. Ketika kami terjatuh, kami ingin dibantu berdiri. Ketika kami diam dalam tangis, kami hanya ingin dirangkul.. Kami hanya ingin dipeluk. Oleh siapa lagi, selain oleh kalian, kedua orang tua kami?

Bukan kalimat yang menyudutkan yang kami butuhkan. Bukan pula sikap dingin enggan bicara dengan kami.

Kami ingin dipeluk.. oleh kedua orang tua kami.

Sabtu, 21 Juni 2014

Ibu, Izinkan Aku Berteman dengan Mereka

Suatu ketika aku bertemu dengan seorang perempuan...

 
Ah elah bahasanya kaku amat. Ulang ulang.


Waktu itu gw pulang kerja, nungguin kereta di stasiun Sudirman. Nggak ada yang beda, nampak kayak hari-hari biasanya. Gw nunggu di pinggir peron dengan gaya seadanya. Berdiri dengan kaki yang tidak anggun dan tas ransel nyangklek di punggung. Sesekali pas-pasan sama mbak-mbak kece yang stylish. Terus gw langsung mandang diri sendiri ampe ujung kaki. Agak minder. Muncul sekelibat pemikiran, "gw kangen gw yang dulu..".

Pas lagi asik-asiknya ngelamun, tiba-tiba suara perempuan di belakang gw. "Permisi mbak, ini yang ke arah Tanah Abang kan?". Seorang cewek berperawakan kecil nanya dengan senyum ramah. Dia pake gamis bahan katun, plus bergo kaos merk Rabbani (lah, nyebut merek..) sepinggang, lengkap dengan flat shoes dan kaos kakinya. Gw jawab ikutan ramah juga "iya mbak di sini". Keretapun dateng. Gw sama dia naik dari pintu yang berbeda, tapi pas di dalem kita duduk sebelahan. Kita ngobrol sedikit karena dia nanya di stasiun Tanah Abang ada musholla apa ngga. Ramaaah banget. Senyumnya tulus. Pas nyampe di stasiun Tanah Abang, dia siap-siap turun. Sambil berdiri dia bilang "Yaudah kalo begitu duluan ya mbak, hati-hati. Makasih, assalammualaikum.."

Kayaknya gw baru sekali ini seumur hidup, pas say bye bye di jalan, gw di "assalammualaikum"in. Hehehe. Adeeem nyeess rasanya. Ya Allah, nyesel nggak sempet kenalan. Rasanya rinduuuu banget punya temen yang kayak gitu, yang ramah lagi berpakaian yang baik. Santun kata-katanya tapi tetep asyik buat ngobrol dan nggak ja'im. Panjang bajunya dan lebar, tapi tetep anggun pembawaan akhlak. Sederhana cara berpakaiannya tapi tetep rapi dan berkelas. Ah, jadi pengen kayak dia. Pudar semua pemikiran "pengen kayak Uu yang dulu"nya. Justru langsung semangat berpikir "aku ingin menjadi diri yang lebih baik!".

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Di Blok M, hari ini di masjid Blok M Square (lupa nama mesjidnya apa), kayak abis ada kajian gitu. Banyak banget cewek-cewek dan ibu-ibu berkerudung panjaaaang, beberapa dari mereka bahkan bercadar. Masya Allah, rasanya pengeen banget kumpul bareng mereka, ikut majlis ilmu sama-sama mereka.

Belom lama sempet diajakin belajar tahsin bareng sama sodara di mesjid At Taqwa Tangerang. Wah boleh juga nih, pikir gw. Sekalian nambah ilmu, sekalian cari temen-temen baru yang kayak waktu itu ketemu di stasiun. Hehe. Gw bilang dong sama ibu gw. Ijin lah gitu maksudnya.. Pas gw bilang, ternyata ibu gw kurang setuju gw ikut-ikut majlis yang kayak begitu. Takut ada oknum yang "kurang bertanggung jawab" katanya. Beliau kuatir, di majlis-majlis tersebut, ada oknum yang menelusup dan nyebarin fitnah + ajaran sesat. Astaghfirullahaladzim.. Gw aja nggak pernah berpikiran sampai kesana. Tujuan gw murni, pengen belajar banyak dan cari ilmu agama, karna ilmu agama gw sedikit sekali.

Gw tau, ibu gw berpikir begitu karna kuatir gw akan diajakin macem-macem, karena isu yang beredar di masyarakat Indonesia tentang cewek berkerudung panjang dan cowok celana ngatung & berjenggot ya imejnya "teroris" lah, atau "fanatik" lah. Tapi gw yakin, dengan niat yang baik, Insya Allah, Allah akan memudahkan jalan kita, Allah akan menjauhkan kita dari hal-hal yang buruk..

...dan aku ingin sekali berteman dengan gadis-gadis berkerudung panjang itu, bu. Ingin sekali.

Selasa, 11 Februari 2014

Harus Duduk

Assalammualaikum wr wb.

Yang kerja atau kuliahnya di Jakarta tapi rumahnya di Tangerang/Bogor/Bekasi, biasanya berangkat atau pulang naik apa? Ha? Apa? Elang? Naga raksasa? Permadani terbang? Ckckckck. Saya mah tidak menampik realita, cukup naik bis atau kereta saja~

Sepengalaman gw, naik bis emang lebih mahal ketimbang naik kereta. Ya, emang lebih nyaman sih, lebih adem dan kalopun ngga dapet tempat duduk, berdiri pun tetep nyaman. Tapi kembali lagi pada realita: kita butuh transportasi jarak jauh yang murah meriah mempesonah.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ilustrasi list biaya berangkat dari Cimone ke Mampang
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jalan kaki = Gratis

Angkot (Rp 5000,-) + Bis AC 34 (Rp 7000,-) + Kopaja (Rp5000,-) = Rp 17.000,-

Angkot (Rp 5000,-) + Commuter Line (Rp 3000,-) + Kopaja (Rp 5000,-) = Rp 13.000,-
----------------------------------------------------------------------------------------------------------

See? Jalan kaki emang jauh lebih murah dan lebih sehat serta bebas polusi. Tapi kembali pada realita, akankah kalian rela, kaki-kaki cantik nan anggun kalian digunakan untuk menempuh berkilo-kilo meter dari Cimone (Tangerang) menuju Mampang (Jakarta)? Relakah? Sudikah?

Okay, untuk itulah saya memilih transportasi kereta listrik atau akrab disapa dengan Commuter Line sebagai sarana berangkat ngantor. Murah. Meriah. Mempesonah.

Tapi, segala sesuatu itu ada plus-minusnya. Kali ini gw cuman mau sharing salah satu minusnya naik kereta: jarang dapet tempat duduk. Dan fenomena "harus dapet tempat duduk" ini begitu merajalela di perhelatan per-kereta-listrikan Jabodetabek. Untuk cuma dapet tempat duduk aja, beribu cara dilakuin sama penumpang-penumpang yang kebanyakan esmud ini. Gw sebutin lima aja.

1. Titip Tempat
Pernah nggak sih, jaman SMP dulu kita "Eh, nanti pas nyampe kantin duluan tempatin gw yah!". Yah, seperti itulah yang terjadi di era per-commuter line-an. Ini gw alamin pas beberapa hari yang lalu begitu naik kereta di Staisun Tangerang jam 06:30. Dari kejauhan udah keliatan tempat duduk kosong. Gw merapat dong ye kan. Pas gw mau duduk, langsung dijegal itu tempat duduknya sama emak-emak sebelahnya. "Maaf mbak, ini udah ada orangnya, buat temen saya nanti". Hadeeeeehh.

2. Don't think! Just Run!
Yap! Kebanyakan para penumpang di stasiun menerapkan metode ini untuk ngedapetin tempat duduk. Begitu pintu kereta kebuka, nggak usah mikir. Lari sekenceng-kencengnya. Be fast and cermat melihat peluang! Lari, serobot, dan cepet-cepet dudukin space kosong yang ada, nggak usah peduli nginjek kaki orang, nggak usah peduli ngedorong badan orang ampe jejatohan layaknya daun berguguran di musim gugur~

3. Main Galasin
Main galasin di pintu gerbong kereta? Itu hal yang lumrah terjadi, wahai sodara-sodara sekalian. Jadi, pas kereta dateng, terus pintunya kebuka, ini gw suka diajakin maen galasin sama orang. Tangannya ngebentang kiri-kanan ngejagain biar gw ataupun orang lain bisa nyerobot lewat samping. Terus mereka ngebody orang-orang yang ada di kiri dan kanannya. Biasanya permainan galasin dan body-ngebody ini dilakuin sama bapa-bapa atau mas-mas yang badannya gede, dan mereka menghalau siapapun yang berbadan kecil, lemah, dan tak berdaya..

4. Biarlah Walau Hanya Separuh
"Gapapa deh dapet dikit, daripada enggak sama sekali". Walaupun ngga muat, walaupun duduk cuman setengah, kadang, ibu-ibu atau mbak-mbak suka maksain nyempil di sela-sela orang duduk. Dan ini nyebelin. Dari segi orang yang disempilin, ini merugikan karena bikin sempit tempat duduk. Dari segi orang yang berdiri di deket dia pun merugikan, karena mbak-mbak yang nyempil itu duduknya maju banget, makan tempat orang yang berdiri. Orang yang berdiri di depan atau di samping dia jadi susah karena susah pegangan, dan tetap....menuh-menuhin tempat. Mendingan berdiri aja sekalian, mbak.

5. Naik Berbalik
Cara yang paling smart dan nggak ngerugiin orang ketika kebelet pengen dapet tempat duduk di kereta ialah dengan cara naik kereta ke arah stasiun sebaliknya, terus turun di stasiun tersebut, terus naik lagi yang ke arah sebenernya. Hmmm bingung? Gini..
Misalnya nih, gw dari stasiun Sudirman. Gw pengen turun di stasiun Duri. Tapi di stasiun Sudirman gw naik yang ke arah Manggarai-Depok-Bogor dulu, terus turun di Manggarai. Nanti dari Manggarai baru deh naik yang ke arah Sudirman-Tanah Abang-Duri, ngelewatin stasiun Sudirman lagi. Yah, kira-kira seperti itulah contohnya.

Eh, jadi banyak gini.. Rencananya ini cuma mau dibikin mini post. Tapi ternyataaaaa jadinya nyurcol.

Nah, nampaknya begitulah kira-kira realita yang terjadi di ibu kota. Ibu kota yang pelik dan penuh chaos dimana-mana.

Sekian dan terima kasih.

Wassalammualaikum wr wrb.