Sabtu, 31 Januari 2015

PUTUS ASA

Siapa yang butuh laki-laki?
Siapa yang butuh pendamping hidup?
Siapa yang butuh teman?
Aku mampu menyimpan masalahku sendiri.
Aku mampu menelan keluh kesahku sendiri.

Siapa butuh laki-laki?
















Aku butuh tapi mereka tidak memberikan.
Aku sendiri dan mereka menganggapku baik-baik saja.
Tidakkah mereka merasa sakit luar biasa di punggung sepertiku?
Bukankah aku berasal dari gumpalan-gumpalan darah mereka?
Lalu kenapa sepiku tidak dirasakan mereka?

Selasa, 27 Januari 2015

Migrain dan Beban Pikiran

Semalem ceritanya, gw sama ibu bapak ke dokter, karena gw udah gak kuat, udah beberapa waktu ini migrain ga ketulungan, ga enak badaan, pluuuss mampet berkepanjangan. Terus, pas ketemu sama dokternya, gw cerita kan keluhan-keluhan gw. Terus ibu gw nambahin "Ini dok, pengaruh nggak sih dari pikiran? Dia kayaknya stress, lagi banyak kerjaan soalnya..". Kata pak dokter "Iya, bisa jadi juga dari pikiran sih bu.."

Yang Uu pengen bilang bu, sebenernya Uu stress bukan karna mikirin kerjaan yang banyak. Ibu tau, apa yang paling menyita pikiran Uu belakangan ini? Soal restu nikah yang tak kunjung turun dari ibu sama bapak. Ituuuu, yang paling nyita pikiran sama perasaan Uu. Urusan kerjaan mah nggak seberapa dibanding urusan perasaan Uu.. Emangnya bapak sama ibuk mau, Uu tau-tau sakit parah gara-gara banyak pikiran kayak alm. kak Astri tuh? Tau-tau ntar Uu stress, trus infeksi otak, terus meninggal di usia muda dan belom kesampean nikah sama orang yang Uu pilih sendiri. Mau? Mauuu?? Mauuuuu??? :'(

Rabu, 21 Januari 2015

Memendam Rasa dalam Doa

Baru kali ini aku merasakan apa yang selama ini sering aku dengar, tentang "mencintai dalam doa". Getarannya luar biasa. Halah. Ya, bagaimana tidak berdebar-debar? Bayangkan saja, kamu merindukan seseorang begitu hebatnya, namun kamu tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa mengatakan dalam hati, "Hey, aku kangen", lalu ditutup dengan mendoakannya.

Untuk sekedar menyapanya dalam sebuah chat? Rasanya juga tidak mungkin. Kami hampir tidak pernah saling sapa iseng, kalau memang tidak ada perlunya. "Hai, kamu lagi apa?" pun tidak pernah kami lakukan. Kami baru akan membuka obrolan, jika memang ada sesuatu yang harus disampaikan, entah itu mengenai pekerjaan, masalah pribadi, atau saat kami ingin bertanya mengenai sesuatu. Sesuatu yang penting ya. Bukan sesuatu seperti "Udah makan belum?". Bukan, bukan yang seperti itu.

Mungkin ini rasanya.. jatuh cinta tanpa ungkapan cinta. Rindu yang tertahan restu. Kasih sayang sebelum terlontar ijab qabul. Sulit memang.. Memendam rasa dalam doa.

Lebih Menyakitkan

....karena memanggil kenangan lebih mudah ketimbang menyusun harapan.

Jumat, 16 Januari 2015

Sendiri

Seringakali kita merasa butuh teman bicara. Kita butuh seseorang untuk diajak bercerita. Butuh sosok yang kuat untuk disandarkan pundaknya saat menangis. Sosok bijaksana yang mampu mengangkat dengan penuh kelembutan.

Bukan bercerita sendiri kepada diri sendiri seperti saat ini. Lihat sekeliling, ramai. Tapi tidak ada satupun diantara keramaian itu yang menghampiri. Aku, tetap selalu sendiri. Bercerita sendiri. Menangis sendiri. Mengusap punggung sendiri. Sampai bangkitpun tetap sendiri.

Kamis, 15 Januari 2015

Perempuan Punya Hobi

Kamu tau?
Perempuan itu hobinya menyiksa diri sendiri.
Dicari tau lah apapun tentang masa lalu pasangannya,
Dibayang-bayang lah apapun yang dilihatnya,
Lalu mulai berpikir
tentang yang seharusnya tidak perlu repot-repot dipikir.

Rabu, 14 Januari 2015

Familiar

Di batas jalan yang familiar
Deretan pohon berjajar percis
Bau hujan terhirup,
aroma yang tidak berubah

Aku, adalah tamu yang datang
Percis
Bayang-bayangku sama
dan kamu suka itu

Kamu, dia
Dia, kamu
Dengan jalan yang sama
Cara yang sama
Ruang tamu yang berbeda
Siapa yang kamu kunci di dalam?

Aku tetap menjadi tamu
dengan bayang-bayang yang sama

Bau hujan terhirup,
aroma yang tidak berubah
Di batas jalan yang familiar

Senin, 12 Januari 2015

Tidak Perlu

Biarlah kamu katakan apa
Biarlah manusia lain berpikir apa

Tuhan Maha Tau
apa yang tersimpan di hati
apa yang hambaNya rasa

dan aku tidak perlu menjelaskan apa-apa
yang memang tidak pernah aku lakukan

Sabtu, 10 Januari 2015

Menikmati Waktu-waktu Sendiri

Kata orang, ada kalanya kita harus menikmati "Me Time", dimana kita meluangkan waktu bener-bener sendirian, ngelakuin hal-hal yang kita sukain, tanpa diganggu oleh siapapun dan apapun. Bener emang, "me time" ini kita butuh banget. Sekedar untuk refresh otak dan pikiran dari kebosanan, ataupun sebagai sarana membuka pikiran lebih luas lagi.

Kemaren gw ngerasain "Me Time" banget, yaitu jalan-jalan kaki sendirian. Tanpa tujuan pasti. Tapi arah mah ada. Jadi kaga nyasar, alhamdulillah. Awalnya sih gegara bete aja. Bukan bete sama seseorang. Nggak jugak.. Yaaa, bete aja. Pengen "menghilang" sejenak dari orang-orang sekitar. Kabur sementara lah gitu isilahnya. Pas ngelangkahin kaki keluar, terus jalan aja, ikutin kemana kaki ngelangkah.. sampe akhirnya nyetopin angkot 02.
 "Okay, gw akan naik angkot. Tapi entah mau berenti dimana."

Sampe akhirnya pas di jembatan, gw berentiin angkotnya. Gw mutusin untuk ke stasiun.
 "Okay, gw akan naik kereta ke Duri. Tapi abis itu entah mau kemana."

Naik kan tuh akhirnya gw kereta ke Duri. Pas sampe Duri, turun kereta..bingung lagi. Apalagi pas si mas-mas halo-halo nya bilang "Jalur 1 dari arah Selatan akan segera masuk KRL AC jurusan Jatinegara. Bagi penumpang yang akan menuju Kampung Bandan, Kemayoran, Gang Sentiong, sampai Jatinegara harap segera menunggu di peron 1". Naaahh makin galau kan. Akhirnya, gw tetep berdiri di peron 2, gak kemana-mana.
 "Okay, gw akan naik kereta ke Bogor. Tapi entah mau turun dimana."

Dan saat kereta Bogor (yang hampir setengah jam ditunggu) akhirnya dateng juga, naiklah gw.. Masih bingung mau turun dimana. Mau di Surdirman aja, terus keliling Jakarta naik busway; apa mending turun Pondok Cina aja, terus numpang maen ke perpus UI; apa sekalian sampe Bogor aja, numpang jajan di Mc.D depan Kebon Raya abis itu pulang lagi.. Bingung kan tuh. Sampe akhirnya kereta nyampe Sudirman, gw mutusin untuk berdiri dan.....
 "Okay, gw akan turun di sini. Tapi entah abis ini mau kemana lagi."

Dan turun lah gw di Sudirman.. Naik ke atas, terus turun lagi di seberang, masuk Sevel...dan jajan roti sama aer, terus naik lagi ke atas, tapping keluar, ke jalan raya, lalu bingung. Ada Kopaja 19 nih. Apa gw ke arah Blok M aja apa yah. Ah, tapi ada apaan kan pikir gw, gitu-gitu aja.. Akhirnya gw mutusin buat jalan kaki ke arah halte busway.
"Okay, gw akan naik busway ke arah Harmoni-Kota. Tapi entah mau turun dimana."

Naiklaaah ke dalem bus TransJakarta. Udah lama jugak gak naik ini. Chit-chat dikit sama ibu-ibu sebelah soal kebijakan bapak Presiden, terus doi turun di Harmoni. Galauuuu lagi kan. Mau turun di sini apa ngga. Tapi akhirnya, gw mutusin buat lanjut, sampe Kota.

Pas di Kota, turun halte, terus ke bawah, ke tempat penyebrangan. Bimbang lagi kaaann.. Ini gw bakalan keluar kemana nih? Ke arah Museum Bank Mandiri, apa Stasiun Kota? Akhirnya ikutin kaki ajaaah maunya kemana. Pada akhirnya belok lah ke arah museum. Pas naik, gw jalan kaki ke arah Museum Fatahillah. Gw pikir mayan jugak, karna gw sekalian survey tempat photoshoot buat bulan Maret nanti. Pas sampe di sekitaran museum, gw laper.. Pengen makan, bingung lagi dah tuh.. Mending lurus, apa belok?
"Okay, gw akan belok. Tapi entah bakalan makan apa."

Pas belok, kaki gw terhenti seketika di depan gerobak abang nasi goreng. Yak, dan makan nasi goreng lah sayaaa. Setelah ngobrol ngalor ngidul sama abang nasi gorengnya, akhirnya gw cabut ke Stasiun. Ngapain? Ya pulang laaahh!

"Jadi lo jauh-jauh ke Kota cuman numpang nyemil nasi goreng doang, U?!"

Hahahahahaha actually, yes! Tapi yaaa ngga numpang makan doang laahh.. Ada hasilnya kok.. Ya itu, hasil survey buat photoshoot nanti~

Nah, segitu aja cerita-cerita mengenai "Me Time" gw setengah harian kemaren. Sekian dan terima salam tempel.

Kamis, 08 Januari 2015

Kamu

Menjumpaimu hanya sekelibat dalam hidupku. Tak pernah terlintas kamu akan masuk sedemikian hebatnya ke dalam hatiku.

Kamu, sosok yang begitu sederhana menginginkanku apa adanya. Kubisikkan di telingamu, tentang satu cacat permanen di diriku, namun kamu tetap melangkah maju tanpa ragu. "Apapun kamu, aku ikhlas menerimanya", ujarmu tegar. Lalu kamu tetap berjalan ke arahku, merangkulku tanpa sentuhan, memelukku dengan doa.

Satu yang aku suka tentang kamu, tidak pernah memaksaku untuk menerimamu. Yang kamu lakukan hanya "memperjuangkan yang layak diperjuangkan", katamu.

Tentang dahsyatnya sebuah keikhlasan, kamu ajarkan padaku. Mengenai manisnya sebuah ketulusan, kamu tanamkan di benakku.

Kamu, satu-satunya yang membuatku merasa berharga. Ketika kamu tau, aku bukan lagi mutiara yang terlindungi cangkang, lantas kamu bukan mengambilnya. Tapi mengembalikan aku kembali ke dalam cangkang. "Kamu layak untuk terus terlindungi", bisikmu menguatkan aku.



Aku memang salah, telah menempatkanmu di hatiku saat ini. Belum waktunya aku tanam perasaan itu. Perasaan yang seharusnya aku pupuk saat aku dan kamu sudah berada dalam ikatan halal yang suci..

Sabtu, 03 Januari 2015

Jangan Percaya

Hari ini, saya dapat pelajaran baru, yaitu:



JANGAN PERNAH PERCAYA PADA ORANG LAIN,


Siapapun itu. Mau itu,


Ibu kamu,
Bapak kamu,
Tante kamu,
Keluarga kamu,
Sahabat-sahabat kamu,
Rekan kerja kamu,
Mantan pacar kamu,
Laki-laki yang kamu cintai saat ini,
Keluarga laki-laki tersebut,


siapapun,
jangan pernah percayai mereka.


Karena,

Sebaik-baiknya manusia di bumi ini,
judulnya tetep aja manusia.

Penuh khilaf.
Penuh ego.
Penuh nafsu.






Berdirilah pada satu titik.

Percayakan hanya pada diri sendiri..



...dan Tuhanmu, pastinya.