Assalammualaikum wr wb.
Yang kerja atau kuliahnya di Jakarta tapi rumahnya di Tangerang/Bogor/Bekasi, biasanya berangkat atau pulang naik apa? Ha? Apa? Elang? Naga raksasa? Permadani terbang? Ckckckck. Saya mah tidak menampik realita, cukup naik bis atau kereta saja~
Sepengalaman gw, naik bis emang lebih mahal ketimbang naik kereta. Ya, emang lebih nyaman sih, lebih adem dan kalopun ngga dapet tempat duduk, berdiri pun tetep nyaman. Tapi kembali lagi pada realita: kita butuh transportasi jarak jauh yang murah meriah mempesonah.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ilustrasi list biaya berangkat dari Cimone ke Mampang
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jalan kaki = Gratis
Angkot (Rp 5000,-) + Bis AC 34 (Rp 7000,-) + Kopaja (Rp5000,-) = Rp 17.000,-
Angkot (Rp 5000,-) + Commuter Line (Rp 3000,-) + Kopaja (Rp 5000,-) = Rp 13.000,-
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
See? Jalan kaki emang jauh lebih murah dan lebih sehat serta bebas polusi. Tapi kembali pada realita, akankah kalian rela, kaki-kaki cantik nan anggun kalian digunakan untuk menempuh berkilo-kilo meter dari Cimone (Tangerang) menuju Mampang (Jakarta)? Relakah? Sudikah?
Okay, untuk itulah saya memilih transportasi kereta listrik atau akrab disapa dengan Commuter Line sebagai sarana berangkat ngantor. Murah. Meriah. Mempesonah.
Tapi, segala sesuatu itu ada plus-minusnya. Kali ini gw cuman mau sharing salah satu minusnya naik kereta: jarang dapet tempat duduk. Dan fenomena "harus dapet tempat duduk" ini begitu merajalela di perhelatan per-kereta-listrikan Jabodetabek. Untuk cuma dapet tempat duduk aja, beribu cara dilakuin sama penumpang-penumpang yang kebanyakan esmud ini. Gw sebutin lima aja.
1. Titip Tempat
Pernah nggak sih, jaman SMP dulu kita "Eh, nanti pas nyampe kantin duluan tempatin gw yah!". Yah, seperti itulah yang terjadi di era per-commuter line-an. Ini gw alamin pas beberapa hari yang lalu begitu naik kereta di Staisun Tangerang jam 06:30. Dari kejauhan udah keliatan tempat duduk kosong. Gw merapat dong ye kan. Pas gw mau duduk, langsung dijegal itu tempat duduknya sama emak-emak sebelahnya. "Maaf mbak, ini udah ada orangnya, buat temen saya nanti". Hadeeeeehh.
2. Don't think! Just Run!
Yap! Kebanyakan para penumpang di stasiun menerapkan metode ini untuk ngedapetin tempat duduk. Begitu pintu kereta kebuka, nggak usah mikir. Lari sekenceng-kencengnya. Be fast and cermat melihat peluang! Lari, serobot, dan cepet-cepet dudukin space kosong yang ada, nggak usah peduli nginjek kaki orang, nggak usah peduli ngedorong badan orang ampe jejatohan layaknya daun berguguran di musim gugur~
3. Main Galasin
Main galasin di pintu gerbong kereta? Itu hal yang lumrah terjadi, wahai sodara-sodara sekalian. Jadi, pas kereta dateng, terus pintunya kebuka, ini gw suka diajakin maen galasin sama orang. Tangannya ngebentang kiri-kanan ngejagain biar gw ataupun orang lain bisa nyerobot lewat samping. Terus mereka ngebody orang-orang yang ada di kiri dan kanannya. Biasanya permainan galasin dan body-ngebody ini dilakuin sama bapa-bapa atau mas-mas yang badannya gede, dan mereka menghalau siapapun yang berbadan kecil, lemah, dan tak berdaya..
4. Biarlah Walau Hanya Separuh
"Gapapa deh dapet dikit, daripada enggak sama sekali". Walaupun ngga muat, walaupun duduk cuman setengah, kadang, ibu-ibu atau mbak-mbak suka maksain nyempil di sela-sela orang duduk. Dan ini nyebelin. Dari segi orang yang disempilin, ini merugikan karena bikin sempit tempat duduk. Dari segi orang yang berdiri di deket dia pun merugikan, karena mbak-mbak yang nyempil itu duduknya maju banget, makan tempat orang yang berdiri. Orang yang berdiri di depan atau di samping dia jadi susah karena susah pegangan, dan tetap....menuh-menuhin tempat. Mendingan berdiri aja sekalian, mbak.
5. Naik Berbalik
Cara yang paling smart dan nggak ngerugiin orang ketika kebelet pengen dapet tempat duduk di kereta ialah dengan cara naik kereta ke arah stasiun sebaliknya, terus turun di stasiun tersebut, terus naik lagi yang ke arah sebenernya. Hmmm bingung? Gini..
Misalnya nih, gw dari stasiun Sudirman. Gw pengen turun di stasiun Duri. Tapi di stasiun Sudirman gw naik yang ke arah Manggarai-Depok-Bogor dulu, terus turun di Manggarai. Nanti dari Manggarai baru deh naik yang ke arah Sudirman-Tanah Abang-Duri, ngelewatin stasiun Sudirman lagi. Yah, kira-kira seperti itulah contohnya.
Eh, jadi banyak gini.. Rencananya ini cuma mau dibikin mini post. Tapi ternyataaaaa jadinya nyurcol.
Nah, nampaknya begitulah kira-kira realita yang terjadi di ibu kota. Ibu kota yang pelik dan penuh chaos dimana-mana.
Sekian dan terima kasih.
Wassalammualaikum wr wrb.
Yang kerja atau kuliahnya di Jakarta tapi rumahnya di Tangerang/Bogor/Bekasi, biasanya berangkat atau pulang naik apa? Ha? Apa? Elang? Naga raksasa? Permadani terbang? Ckckckck. Saya mah tidak menampik realita, cukup naik bis atau kereta saja~
Sepengalaman gw, naik bis emang lebih mahal ketimbang naik kereta. Ya, emang lebih nyaman sih, lebih adem dan kalopun ngga dapet tempat duduk, berdiri pun tetep nyaman. Tapi kembali lagi pada realita: kita butuh transportasi jarak jauh yang murah meriah mempesonah.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ilustrasi list biaya berangkat dari Cimone ke Mampang
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jalan kaki = Gratis
Angkot (Rp 5000,-) + Bis AC 34 (Rp 7000,-) + Kopaja (Rp5000,-) = Rp 17.000,-
Angkot (Rp 5000,-) + Commuter Line (Rp 3000,-) + Kopaja (Rp 5000,-) = Rp 13.000,-
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
See? Jalan kaki emang jauh lebih murah dan lebih sehat serta bebas polusi. Tapi kembali pada realita, akankah kalian rela, kaki-kaki cantik nan anggun kalian digunakan untuk menempuh berkilo-kilo meter dari Cimone (Tangerang) menuju Mampang (Jakarta)? Relakah? Sudikah?
Okay, untuk itulah saya memilih transportasi kereta listrik atau akrab disapa dengan Commuter Line sebagai sarana berangkat ngantor. Murah. Meriah. Mempesonah.
Tapi, segala sesuatu itu ada plus-minusnya. Kali ini gw cuman mau sharing salah satu minusnya naik kereta: jarang dapet tempat duduk. Dan fenomena "harus dapet tempat duduk" ini begitu merajalela di perhelatan per-kereta-listrikan Jabodetabek. Untuk cuma dapet tempat duduk aja, beribu cara dilakuin sama penumpang-penumpang yang kebanyakan esmud ini. Gw sebutin lima aja.
1. Titip Tempat
Pernah nggak sih, jaman SMP dulu kita "Eh, nanti pas nyampe kantin duluan tempatin gw yah!". Yah, seperti itulah yang terjadi di era per-commuter line-an. Ini gw alamin pas beberapa hari yang lalu begitu naik kereta di Staisun Tangerang jam 06:30. Dari kejauhan udah keliatan tempat duduk kosong. Gw merapat dong ye kan. Pas gw mau duduk, langsung dijegal itu tempat duduknya sama emak-emak sebelahnya. "Maaf mbak, ini udah ada orangnya, buat temen saya nanti". Hadeeeeehh.
2. Don't think! Just Run!
Yap! Kebanyakan para penumpang di stasiun menerapkan metode ini untuk ngedapetin tempat duduk. Begitu pintu kereta kebuka, nggak usah mikir. Lari sekenceng-kencengnya. Be fast and cermat melihat peluang! Lari, serobot, dan cepet-cepet dudukin space kosong yang ada, nggak usah peduli nginjek kaki orang, nggak usah peduli ngedorong badan orang ampe jejatohan layaknya daun berguguran di musim gugur~
3. Main Galasin
Main galasin di pintu gerbong kereta? Itu hal yang lumrah terjadi, wahai sodara-sodara sekalian. Jadi, pas kereta dateng, terus pintunya kebuka, ini gw suka diajakin maen galasin sama orang. Tangannya ngebentang kiri-kanan ngejagain biar gw ataupun orang lain bisa nyerobot lewat samping. Terus mereka ngebody orang-orang yang ada di kiri dan kanannya. Biasanya permainan galasin dan body-ngebody ini dilakuin sama bapa-bapa atau mas-mas yang badannya gede, dan mereka menghalau siapapun yang berbadan kecil, lemah, dan tak berdaya..
4. Biarlah Walau Hanya Separuh
"Gapapa deh dapet dikit, daripada enggak sama sekali". Walaupun ngga muat, walaupun duduk cuman setengah, kadang, ibu-ibu atau mbak-mbak suka maksain nyempil di sela-sela orang duduk. Dan ini nyebelin. Dari segi orang yang disempilin, ini merugikan karena bikin sempit tempat duduk. Dari segi orang yang berdiri di deket dia pun merugikan, karena mbak-mbak yang nyempil itu duduknya maju banget, makan tempat orang yang berdiri. Orang yang berdiri di depan atau di samping dia jadi susah karena susah pegangan, dan tetap....menuh-menuhin tempat. Mendingan berdiri aja sekalian, mbak.
5. Naik Berbalik
Cara yang paling smart dan nggak ngerugiin orang ketika kebelet pengen dapet tempat duduk di kereta ialah dengan cara naik kereta ke arah stasiun sebaliknya, terus turun di stasiun tersebut, terus naik lagi yang ke arah sebenernya. Hmmm bingung? Gini..
Misalnya nih, gw dari stasiun Sudirman. Gw pengen turun di stasiun Duri. Tapi di stasiun Sudirman gw naik yang ke arah Manggarai-Depok-Bogor dulu, terus turun di Manggarai. Nanti dari Manggarai baru deh naik yang ke arah Sudirman-Tanah Abang-Duri, ngelewatin stasiun Sudirman lagi. Yah, kira-kira seperti itulah contohnya.
Eh, jadi banyak gini.. Rencananya ini cuma mau dibikin mini post. Tapi ternyataaaaa jadinya nyurcol.
Nah, nampaknya begitulah kira-kira realita yang terjadi di ibu kota. Ibu kota yang pelik dan penuh chaos dimana-mana.
Sekian dan terima kasih.
Wassalammualaikum wr wrb.