Kamis, 08 Januari 2015

Kamu

Menjumpaimu hanya sekelibat dalam hidupku. Tak pernah terlintas kamu akan masuk sedemikian hebatnya ke dalam hatiku.

Kamu, sosok yang begitu sederhana menginginkanku apa adanya. Kubisikkan di telingamu, tentang satu cacat permanen di diriku, namun kamu tetap melangkah maju tanpa ragu. "Apapun kamu, aku ikhlas menerimanya", ujarmu tegar. Lalu kamu tetap berjalan ke arahku, merangkulku tanpa sentuhan, memelukku dengan doa.

Satu yang aku suka tentang kamu, tidak pernah memaksaku untuk menerimamu. Yang kamu lakukan hanya "memperjuangkan yang layak diperjuangkan", katamu.

Tentang dahsyatnya sebuah keikhlasan, kamu ajarkan padaku. Mengenai manisnya sebuah ketulusan, kamu tanamkan di benakku.

Kamu, satu-satunya yang membuatku merasa berharga. Ketika kamu tau, aku bukan lagi mutiara yang terlindungi cangkang, lantas kamu bukan mengambilnya. Tapi mengembalikan aku kembali ke dalam cangkang. "Kamu layak untuk terus terlindungi", bisikmu menguatkan aku.



Aku memang salah, telah menempatkanmu di hatiku saat ini. Belum waktunya aku tanam perasaan itu. Perasaan yang seharusnya aku pupuk saat aku dan kamu sudah berada dalam ikatan halal yang suci..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar